Jumat, 14 Desember 2007

Dinkes Masih Meneliti Penyebab Gizi BurukWagub, ”Anak Saya Saja Pernah Mengalaminya”
BANDUNG, (PR).-Munculnya kasus gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmic-kwashiorkor) di sejumlah daerah di Jawa Barat masih dalam penelitian Dinas Kesehatan. Untuk mengetahui faktor penyebabnya akan dilakukan check and rechek terhadap sejumlah daerah yang ditemukan kasus gizi buruk maupun yang baru memiliki potensi.
"Penanganan gizi buruk di Jabar ini masih dilakukan penelitian lebih jauh serta menyeluruh. Mulai dari kondisi sosial, budaya, desentralisasi hingga sistem pengaman untuk penduduk miskin, dengan komitmen penuh pemerintah provinsi dan daerah," ujar Wakil Gubernur Jawa Barat Nu'man Abdul Hakim, seusai membuka Jawa Barat Travel Exchange (JTX) 2005 di Cihampelas Walk Bandung, Sabtu (18/6).
Menurut Nu'man, kasus gizi buruk yang ditemukan tidak hanya kekurangan makanan akibat kurang daya beli serta pola makan yang salah tetapi juga banyak faktor lain sebagai penyebab. Untuk mengatasinya, Pemprov Jabar melalui Dinas Kesehatan tengah melakukan penelitian lebih jauh.
Menurut Nu'man, berdasarkan pantauan di lapangan ditemukannya gizi buruk tidak hanya di kantong-kantong kemiskinan. Tetapi juga di berbagai daerah yang justru dikenal sebagai lumbung beras.
"Untuk itu, tidak beralasan kalau menyatakan gizi buruk akibat kemiskinan yang berakibat pada kekurangan makanan. Pola makan tidak benar pun menjadi faktor penyebab," tegasnya.
Selain itu, munculnya kasus gizi buruk di sejumlah daerah di Jabar juga akibat kondisi kultur maupun budaya. Secara tidak langsung budaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang layak memenuhi kebutuhan masih belum menjadi perhatian kalangan orang tua baik di pedesaan maupun perkotaan.
"Anak saya saja pernah mengalaminya. Akibat hanya makan pagi dan sore, sementara siangnya jajan di sekolah, akhirnya masuk rumah sakit dan dokter mengatakan pola makan anak saya jelek hingga berakibat pada gizi buruk," ujar Nu'man mencontohkan.
Akibat dari kurangnya pengetahuan, kultur, budaya maupun lingkungan mengakibatkan kondisi yang semakin buruk. Pada akhirnya timbul masalah gizi buruk.
Terhadap kasus yang terjadi saat ini, Nu'man lebih setuju menggalakannya kembali penyuluhan. Menghidupkan kembali posyandu hingga kampanye di media cetak dan elektronik untuk memberi penyuluhan langsung kepada masyarakat tentang pola pengasuhan anak yang sehat merupakan cara yang paling efektif.
Hingga saat ini belum ada angka yang pasti mengenai anak penderita gizi buruk di Jabar. Namun berdasarkan hasil pendataan serta temuan sementara oleh Dinas Kesehatan ada sekira 94 kasus positif busung lapar. Di Cianjur 70 orang dinyatakan menderita busung lapar, Cirebon 12 orang penderita, Karawang (3), Majalengka (5), Sumedang (2), dan Bekasi (2).
Disinggung mengenai penanganan maupun biaya perawatan bagi penderita, Nu'man berjanji agar pasien penderita dibebaskan dari biaya perawatan. "Kita akan mengupayakan agar penderita dibebaskan dari biaya pengobatan," ujarnya. (A-87)***

Tidak ada komentar: